Kamis, 25 November 2010

Cerpen

>Berjalan perlahan, pelan, menyusuri kelas demi kelas, koridor demi koridor, tak mengenal lelah ataupun jenuh, hanya untuk mengais rezeki yang tak seberapa besar dibanding usianya yang suadah tua. “ Yah, kira-kira lima puluh tahun” itulah jawaban bu Yayu jika ditanya mengenai berapa umurnya saat ini.Selama sepuluh tahun dia berprofesi sebagai petugas kebersihan di FBS. Setiap pagi dia mengayuh sepeda dengan keringat bercucuran, namun rasa lelah dan sakit tak pernah tampak di wajahnya, demi membiayai sekolah kedua anaknya yang masih duduk di bangku SMP, karena gaji suaminya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Semangatnya tak pernah padam. Beban di pundak bu Yayu semakin berat, ketika suaminya telah berpulang, Jawabannya sungguh mengharukan ketika ditanya kapan pensiun. “ Saya tidak akan pernah berhenti bekerja, selama masih bisa berjalan, agar anak-anakku menggapai hari esok yang cerah”. Sepulang kerja di kampus, ibu Yayu berjualan di rumah, seperti makanan kecil, es, dan kue-kue hasil buatannya sendiri. Berapapun hasil jerih payahnya, bu Yayu tidak memperhitungkan, yang terpenting baginya, masih bisa berdiri tegak dengan kaki sendiri dan masih bisa berucap syukur setiap saat. Cita-citanya yang sungguh mulia yaitu kebahagiaan kedua anaknya di hari esok. Meski betapa berat beban yang harus dipikul di usianya yang lebih dari setengah abad, dia tetap gigih bekerja tanpa mengeluh.

Von Leny

1 komentar: